top of page

Emotional Abused

this is just an inspirational story. so, be inspired!

 

 

Kurang lebih paragraf diatas merupakan sebuah pengakuan seorang sahabat yang mengalami emotional abused dari lingkungan terdekatnya. CL tidak memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan ayahnya dikarenakan CL merasa ayahnya selalu memandang dirinya salah di setiap keadaan, mencaci maki dirinya disaat ayah lelah, dan kerap meneriaki CL apabila CL tidak datang di panggilan pertama. Dan itu sudah CL rasakan semenjak kecil, dan tanpa sadar CL tumbuh jadi pribadi yang selalu pesimis, tidak PD, dan cenderung lebih dekat dengan teman-temannya dibanding keluarga nya sendiri. Mungkin, kalau kita lihat kasat mata CL merupakan orang ceria, cerewet, dan mudah bergaul dengan siapa saja. Namun, kita tak pernah tau apa yang ada di benaknya. Mungkin dia sangat berusaha untuk menutupi keresahannya dan berjuang sekuat tenaga untuk berbaur dengan temannya.

 

Apa sih emotional abused itu? Secara harfiah, emotional abused atau kekerasan secara emosional adalah penganiayaan emosional pribadi seseorang dan mengabaikan perasaannya secara terus menerus. Seringkali disebut sebagai kekerasan psikis yang secara serius dapat merusak kesehatan dan perkembangan mental dari seorang anak.

(source: http://www.nspcc.org.uk/preventing-abuse/child-abuse-and-neglect/emotional-abuse/).

 

Seringkali saya merasa kekerasan emosional ini kerap terjadi di sekeliling saya. Orang tua yang sebenarnya mempunyai niat baik, yaitu mengajarkan adat istiadat dan tata krama kepada anaknya, meneruskan sifat leluhur, namun terkadang disampaikan dengan cara yang salah dan diterjemahkan salah oleh sang anak. Saking “biasa” nya saya melihat ini, kita jadi menutup mata apabila hal ini terjadi, padahal hal ini bisa menjadi boomerang yang berbahaya bagi psikologis seseorang di masa depannya. Well, saya memang bukan seorang psikolog, tapi karena hal ini kerap terjadi di sekeliling saya, saya memperhatikan apa yang terjadi pada seseorang yang mengalami hal ini, terutama sahabat saya yang dengan seluruh kerendahan hatinya memperboleh kan saya membahas ini di website saya.

 

Bukan maksud untuk menyindir orang tua dari sahabat saya tersebut, saya tahu setiap orang tua mempunyai cara masing-masing untuk mendidik anaknya. Terlebih saya hanya peduli dengan hal ini karena luka yang ada di hati pada orang yang menderita hal ini tidak lah akan pernah hilang hingga Ia dewasa, dan mungkin secara tidak sadar dapat menyebabkan Ia melakukan hal yang sama pada anaknya kelak.

 

Lalu, apa sih hal-hal yang menyebabkan emotional abused? Well, menurut National Society for the Prevention of Cruelty to Children UK (NSPCC UK), hal-hal yang menyebabkan emotional abused antara lain:

 

  • humiliating or constantly criticising a child (mempermalukan dan mengkritik anak terus menerus)

  • threatening, shouting at a child or calling them names (mengancam, berteriak memanggil namanya)

  • making the child the subject of jokes, or using sarcasm to hurt a child (menjadikan seorang anak subjek lelucon atau menggunakan kalimat sarkasme untuk menyakitinya)

  • blaming, scapegoating (menyalahkan, meng-kambing hitam-kan)

  • making a child perform degrading acts (merendahkan kemampuan anak)

  • not recognising a child's own individuality, trying to control their lives (tidak mengakui individualitas anak, berusaha mengontrol kehidupan pribadinya)

  • pushing a child too hard or not recognising their limitations (memaksa anak untuk berusaha lebih keras tanpa melihat keterbatasannya)

  • exposing a child to distressing events or interactions such as domestic abuse or drug taking (mengekspos anak pada keadaan yang menyedihkan seperti kekerasan dalam rumah tangga atau dalam pengaruh obat-obatan)

  • failing to promote a child's social development (menghambat perkembangan kehidupan sosial seorang anak)

  • not allowing them to have friends (tidak memperbolehkan anak untuk berteman)

  • persistently ignoring them (terus menerus menghindari anak)

  • being absent (bolos hadir saat anak membutuhkan)

  • manipulating a child (memanipulasi anak)

  • never saying anything kind, expressing positive feelings or congratulating a child on successes (tidak pernah mengatakan sesuatu yang baik, mengekspresikan perasaan yang positif, ataupun memuji kesuksesan anak)

  • never showing any emotions in interactions with a child, also known as emotional neglect (tidak pernah menunjukan kedekatan emosional dengan anak, atau yang dikenal sebagai pengabaian emosi (emotional neglect))

 

 

Nah, setelah melihat 14 point diatas, apakah kita pernah melakukannya kepada adik, anak, sepupu, keponakan, atau bahkan cucu kita? Kalau ada, sebaiknya kita ubah cara penyampaian pendapat kita kepada anak, sehingga anak tersebut tidak tumbuh jadi pribadi yang memiliki trauma kepada Anda! Saya memang bukan seorang ahli, tapi saya peduli! 

“Well, I actually wanted to say this thing for a long time. It’s just, i dont know how to speak it up and I dont know what’s wrong with me after all this time. I always feel unwanted in home. I tend to ignore my father. I always feel sad whenever I hear my friend’s story about their lovely dad, or even see a scene “daddy-daughter” in a film. I think i’m emotionally abused by my dad. I hate him.” – CL.

  • Wix Facebook page
  • Wix Twitter page

Stalk me on:

bottom of page